Ibu Guru Yoga Belajar Bernafas dan Hidup
Ibu Yoga, pagi ini saya memilih tidak hadir di kelas ibu. Saya
lewati rumah ibu sambil bersepeda, ada banyak mobil parkir. Saya memilih
mengikuti nasihat dokter akupunktur. Dia bilang, energi API di tubuh saya kurang.
Disarankan untuk beraktivitas di bawah matahari pagi, jam 6-10 pagi.
Pertama benerin rantai sepeda yg kendor, sambil ngisi angin
bola sepak si Dedo. Bayarnya 5 ribu. Lewati tukang pisang. Pisang Raja dan Pisang
Muli harganya 15 ribu. Terus mampir ke Warung Djogja untuk beli 2 potong ayam
bakar plus sambalnya, oseng daun pepaya dan 2 buah telur asin. Cukup beratlah
itu stang sepeda digandolin belanja pagi.
Jauh sampai hampir midnight, mampu duduk di belakang screen.
Beresin persiapan Training Pare, seperti tiada habisnya. Kenapa orang bisa
bilang nganggur gak ada kerjaan. Mereka bukannya malas bekerja. Tapi memang
tidak bisa melihat peluang sebuah pekerjaan. Kenapa kamu bisa lihat neng? Karena
sering baca twitter dan menulis banyak artikel blog kali. Hehe…
Uang 25 ribu yg harusnya dibayarkan untuk yoga, dipakai
untuk hal lain. Bahkan ngeluarin uang lebih dari yg seharusnya dibayarkan ke Kelas Yoga. Gak bisa dibandingin mana yg lebih untung. Karena ada banyak efek berlipat yg didapat untuk setiap pilihan kehidupan. Misalnya menyediakan panganan sehat untuk anggota keluarga. Pisang dan telur asin!

Acara bersepeda pagi ditutup dengan menghadiahi diri
sendiri. Pergi ke salon tetangga rumah. Facial dan creambath setengah harian,
bayarnya 75 ribu. Ngilu, pedih, sakit berasa ditabokin saat tangan sang salonis
mengeluarkan komedo. Saat dilulur sampe ketiduran, saking enak dan capeknya.
Di jalan ketemu tukang jait keliling. Orangnya ramah, bicaranya ngapak. Jujur bilang kalau dia tidak bisa menservice jenis mesin jahit yg bukan seperti jenis yg dia miliki. Wah malah berpikir nyari-nyari cara agar bisa memperkerjakan orang ini. Apa yah yg belum dijahit. O ya, topi batik!

Hidupku semakin baik setelah berkenalan dan ikutan kelas
bernafas ala yoga.
Comments