Kekuatan Mimpi
Mimpiku setahun lalu. Kejadian beneran. Tidak tepat membaca mimpi. Tapi jadi tidak terlalu terkejut karena sudah dapat bocoran. Dan butuh 6 bulan kemudian untuk bisa mentertawai diri dengan sebuah lelucon sederhana. Semuanya indah pada waktunya.
• Mak saya jangan dimimpiin mati dulu yah
• Ih ngomongnya sembarangan. Belom kawin luh yah
Episode lain Guru itu datang ke mimpi saya. Ini titip 2 murid, pastikan mereka bisa menulis. Sempat ge-er karena dimimpiin seorang guru mumpuni. Entah karena didatangi mimpi tuh guru, atau karena memang nih Kakak Pertama tulus mau ngajarin dan membagi ilmunya.
Episode lain lagi Tuh oret-oretan sudah hampir berdebu karena kubiarkan ngejogrog di meja beberapa hari. Semangatnya hilang untuk mengisi formulir. Bahkan sempat lupa beneran.
Kemalasan terjadi karena soal ‘home institution’. Gonjang-ganjing dinamika internal organisasi sangat menghambat semangat berkarya. Pantas lah kelembagaan tuh menjadi pondasi penting. Tuh si Nangce akhirnya membuat juga sebuah lembaga anyar. Apalah namanya.
Orang memang perlu untuk berkumpul dan berserikat. Ketika kelembagaan sebagai jati-dirimu tercerabut, runtuhlah harapan hidup itu.
Sebuah mimpi yg melelahkan. Di mimpiku, di otakku, aku menterjemahkan sebuah kalimat kompleks panjang. Seseorang membimbingku dari belakang. Memastikan aku mengerjakan terjemahan itu. Dan ada keyakinan dia akan mengoreksinya juga.
Terbangun dengan rasa lelah karena bahkan saat tidurpun otakku berjaga. Tapi pagi hari itu, aku menjadi bersegera untuk mengisi tuh formulir.
Dia datang bahkan ke mimpiku. Kalau hp aja bisa dimatikan. Milist bisa dialihkan ke folder terpisah. Tapi mimpi yailahh.. mau lari kemana. Bisa aja sih. Gak usah tidur yg gak mungkin banget. Jaman dulu pake mimpi dan telepati. Kalau jaman sekarang, masih ada yg make mimpi, itu kelebihan seorang anak manusia. Mungkin karena keterkaitan koneksi dan signal antara keduanya sudah dibuka. Tinggal menikmati apa yg ditawarkan hidup. Dan menggunakannya untuk kebaikan sesama.
• Mak saya jangan dimimpiin mati dulu yah
• Ih ngomongnya sembarangan. Belom kawin luh yah
Episode lain Guru itu datang ke mimpi saya. Ini titip 2 murid, pastikan mereka bisa menulis. Sempat ge-er karena dimimpiin seorang guru mumpuni. Entah karena didatangi mimpi tuh guru, atau karena memang nih Kakak Pertama tulus mau ngajarin dan membagi ilmunya.
Episode lain lagi Tuh oret-oretan sudah hampir berdebu karena kubiarkan ngejogrog di meja beberapa hari. Semangatnya hilang untuk mengisi formulir. Bahkan sempat lupa beneran.
Kemalasan terjadi karena soal ‘home institution’. Gonjang-ganjing dinamika internal organisasi sangat menghambat semangat berkarya. Pantas lah kelembagaan tuh menjadi pondasi penting. Tuh si Nangce akhirnya membuat juga sebuah lembaga anyar. Apalah namanya.Orang memang perlu untuk berkumpul dan berserikat. Ketika kelembagaan sebagai jati-dirimu tercerabut, runtuhlah harapan hidup itu.
Sebuah mimpi yg melelahkan. Di mimpiku, di otakku, aku menterjemahkan sebuah kalimat kompleks panjang. Seseorang membimbingku dari belakang. Memastikan aku mengerjakan terjemahan itu. Dan ada keyakinan dia akan mengoreksinya juga.
Terbangun dengan rasa lelah karena bahkan saat tidurpun otakku berjaga. Tapi pagi hari itu, aku menjadi bersegera untuk mengisi tuh formulir.
Dia datang bahkan ke mimpiku. Kalau hp aja bisa dimatikan. Milist bisa dialihkan ke folder terpisah. Tapi mimpi yailahh.. mau lari kemana. Bisa aja sih. Gak usah tidur yg gak mungkin banget. Jaman dulu pake mimpi dan telepati. Kalau jaman sekarang, masih ada yg make mimpi, itu kelebihan seorang anak manusia. Mungkin karena keterkaitan koneksi dan signal antara keduanya sudah dibuka. Tinggal menikmati apa yg ditawarkan hidup. Dan menggunakannya untuk kebaikan sesama.
Comments